Notes
Susah,
Kenapa harus susah?
Kenapa harus aku yang menyusahkan,
Kenapa aku selalu menyusahkan
Kenapa aku mudah mebuat susah
Tuhan, aku sangat bersedih
Sedi yang terdalam dan begitu menyayat
Kenapa hidupku hanya menyusahkan.
Tuhan, aku ingin hidupku pebuh dengan kemanfaatan,
Tapi kenapa malah sangat menyusahkan?
Tuhan, aku cinta,.
Beribu cinta kepada-Mu dan tentang-MU
Aku selalu berdoa agar aku terlindung dari kesesatan,
Tapi kenapa aku jadi lebih menyusahkan
Aku ingin manfaat bukan menyusahkan.
Allah, apa ambisi ini hingga menembus sekuler?
Sekuler yang tak ku mengerti
Sekuler yang merambat, dan merasuk
Sedikit – demi sedikit dalam kemanfaatan yang tak kusadari
Rabb, kenapa sekuler itu ada?
Dan menodai kemanfaatan yang aku inginkan,.
Rabb, apa aku yang begitu bodoh
Hingga menodai niatku ini,.
Allah, dan kali ini aku benar – benar bodoh,.
Aku tak bisa berjalan tanpa setitik cahaya-Mu
Karena hidupku penuh dengan keredupan
Yang ingin segera aku berlari darinya,.
Rabb, biarkan aku manangkap setitik cahaya-Mu itu,.
Dan ku simpan erat dalam kalbuku
Tak cukup aku yang menyimpannya karena aku begitu bodoh
Aku tak mampu karena aku begitu hina
Hanya engkau yang mampu menjaganya.
Tuhanku, karena aku begitu bodoh,
Sebodoh – bodohnya orang hina
Dalam sebuah keredupan, kerapuhan, kebutaan, ketulian dan ketidakmampuan
Rabb, jangan biarkan hati ini buta, nurani ini tuli, dan kalbu ini rapuh,.
Aku meluruh dalam rangka
Yang akan luruh setelah penciptaan
Kembali dalam kesendiriaan, ketiadaan
Dan kenadhiran akan kemusnahan dan kesirnaan
Diposting oleh
Feriska Lala
11.03
Notes
Lama,
sudah lama
lama sudah kelam merenggurt jiwa
hitam menguasai pikir
gelap menderu hati
Uang, uang, uang
uang adalah segala
uang adalah dewa jahat yang membudakkan dunia
Uang menggerutu diantara pengamen hingga presiden
Kerap kali menyamar menjadi asa berperan sebagai dewa
menjelma nama kesuksesan, kehormatan, kebahagiaan
Uang terlalu lama menghantui Si Miskin,
meperalat Sang Kaya kuasai dunia
Padahal Si Kaya bisa memperalatnya untuk merubah dunia
Diposting oleh
Feriska Lala
11.02
Notes
sepiku menyapa waktu
memakan detik
membinasakan hari
sudah berhari - hari sepi menyayat hati
memekik malam,
menjerat asa.
sepi ini bukan sekedar sepi sunyi
tapi sepi yang nebcekik hasrat tuk berkarya
sepi ini menopang malas
malas tuk barkata, berpikir dan berkarya tentang perubahan
tak ingin selamanya sepi, malas mencekikku dalam kontribusi
untuk perubahan
perubahan tidak bisa berjalan tanpa aku
perubahan sedang menungguku,
tapi aku juga tidak dapat merubah
jika perubahan tidak dariku sendiri
aku tidak bisa berkata, berpikir dan berkarya yang tertanda perubahan
jika perubahan tidak bisa memprakarsaiku sendiri
perubahan bukanlah aku merubah dunia
tapi aku merubah diriku sendiri untuk dunia.
Diposting oleh
Feriska Lala
11.00
Notes
Ketika matahari tak mampu menghangatkan
Ketika senyum tak ingin menyapa
ketika hati tak ingin melihat
ketika mulut tak bisa menjerit
pikir ini hanya bisa berpikir payah
rasa ini hanya bisa terasa sakit
kemana aku harus mengobati luka ini
sayatan dalam yang membuatku tak bisa bernapas,.
sungguh ribuan kilo ini membuat kaki lelah
jiwa ini lemas dan hampir musnah.
bosan begitu menuba dalam darah.
dimana jawaban ini berada??
mengapa semua tubuh terdiam, beku, dan mati,.
Ibu, aku butuh kau yang selalu memelukku.
Tapi aku tak bisa memelukmu,.
Kau yang telah membesarkanku,
tapi aku masih sangat jauh dari hal besar,
karena sebentar lagi aku akan hilang tertiup angin,.
petuahmu selalu dalam anganku,
petuahmu indah, meski pun aku sangat lusah
menguatkan, namun ku masih lemah.
gagah melindungi, sedangkan aku rapuh untuk ruh ku sendiri.
Tuhan yang Maha Mendengar,
tidak ada yang salah dalam skenario ini,
tapi aku terlalu bodoh untuk memainkkannya.
Aku sendiri tidak tahu kenapa aku adalah aktormu.
padahal Kau lebih tahu tak ada talenta yang menopang.
kehidupan yang membuat perubahan.
Tuhanku, aku rela dengan semua perlakuanmu.
Tapi jangan menghadirkan aku dalam sebuah keburukan,
yang menjadi lebih buruk karena hadirku.
Karena sekali lagi aku bodoh.
Diposting oleh
Feriska Lala
10.59
Notes
Aku Mencintaimu dengan Cara yang Berbeda
Aku selalu bingung ketika harus berhadapan denganmu. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Walau pun aku tahu apa yang ingin kukatakan. Cinta, mungkin tidak denganmu saja aku bersikap demikian. Dengan orang – orang di sekitarku. Bahkan kepada ibu dan bapakku orang yang telah bersamaku sejak aku dalam kandungan aku merasa demikian. Seringkali juga teman – teman asramaku yang menghardik “kok bicaranya demikian?” sebenarnya yang aku maksudkan itu “bla bla bla”. Andai mereka tahu bagaimana sulitnya aku mengutarakan apa yang ingin kuutarakan. Dan diindikasikan sejak aku berumur 2 tahun. Dimana teman – teman sebayaku sudah mulai lancar berbicara “A hingga Z” aku masih menggunakan bahasa tubuh untuk memperlihatkan inginku. Tak ada celah bagiku untuk sebuah kata ‘protes’. Sikap melankolis-plegmatis ini sering membuatku bingung sendiri. Dan salah tingkah ketika berhadapan dengan orang lain. Terlebih orang yang tidak mengerti aku sebelumnya. Lebih baik aku go away saja sembari berkata “God, mengapa orang tersebut tidak mengerti maksudku. Apa ada yang salah pada susunan syaraf di lidahku?!”
Jika dalam dunia medis, khususnya ilmu psikologi, penyakitku ini bernama,.....
Aku bersyukur, walaupun tidak dapat berkomunikasi dengan baik, setidaknya aku masih bisa menulis. Itu yang bisa aku ambil pelajaran bahwa Allah itu adil kepada setiap hamba-Nya. Terkadang menulis pun agaknya membuatku merasa bersalah, entah itu anggapanku sendiri atau anggapan yang terlalu sering didengungkan orang hingga seolah itu adalah anggapanku. Semoga saja yang aku tulis saat ini, untukmu cinta tidak pernah salah di matamu. Terlebih di mataku sendiri karena aku adalah seorang lelaki yang tidak sangat ideal untuk disebut pemberani apalagi berpura – pura menjadi seorang pujangga. Apa pun yang terjadi kelak, setidaknya aku tidak akan menyesal karena telah mengkomunikasikan perasaanku padamu.
Teruntuk Cinta,
Ketika fajar menjelang,
Asaku ingin selalu mengejarmu
Entah dalam badai ketakutan dan hujan ketidakberdayaan,
Aku tetap ingin mengejar asa itu.
Ketika mentari mulai berjalan,
Bayangku selalu ingin di samping bayangmu
Walapun bayangku selalu berada di belakang bayangmu
Aku ingin tetap mengejar bayang itu, asalkan ku tahu, kau tetap masih dalam pandangku.
Ketika senja menjelang, bayang mu pun makin menghilang.
Suaramu sedang diperdengungkan oleh sekumpulan binatang yang kebingungan.
Perlahan suara nyaring itu tertelan peteng,.
Hingga akhirnya sirna oleh malam.
Cinta, andai kau tahu betapa matinya aku jika kau tidak tercipta.
Andai kau tahu betapa resahnya aku ketika sedetik pun aku kehilangan
Pandanganku tentangmu.
Andai kau tahu, betapa tawar rasa ini, ketika hanya selintas pun nyaringmu
Tak dapat disaring oleh telingaku.
Tapi kau tak perlu tahu cinta, berapa lama aku harus mengumpulkan keberanianku,
Berapa lembar yang harus ku lempar,
Dan berapa kata yang harus ku buang
hanya untuk menulis surat tidak berharga ini yang mungkin bagimu hanya angin lalu.
Teruntuk Cinta, Antariksa.
Diposting oleh
Feriska Lala
10.57
Notes
Ketika aku bertanya tentang alam,
Pak tani tak mampu menjawabnya dengan lugas.
Ketika aku bertanya tentang pelajaran,
Ibu guru hanya tercengang karena pertanyaan melebar.
Ketika aku bertanya tentang keramaian,
Polisi pun hanya bisa berputar pada kata yang itu2 saja.
Dan ketika aku bertanya tentang kesakitan,
Pak Dokter hanya memainkan stetoscope sembari berkata
All is well.
Sebenarnya siapa yang salah?
Pak tani, ibu guru, polisi, pak dokter ataukah aku penanya?
Lantas salahnya apa?
Alam, pelajaran, keramaian, kesakitan, atau kah pertanyaan.
Masing – masing tidak ingin bertitel salah
Berebut pendakwa, tapi tidak ingin menyandang “Terdakwa”
Semuanya penuh dengan ketidakjelasan dan saling melempar.
Dan aku pun mulai jenuh dengan tradisi saling melempar ini
Aku sudah jenuh dilempar salah
Aku pun lelah melempar salah
Aku hanya ingin salahku seutuhnya,
begitu pula keinginan saling sadar.
Hingga tak berguna lagi gelar hakim 'amin' menunggu dolar
Diposting oleh
Feriska Lala
10.48
Tumpukan karya fiksi yang selalu terbengkalai untuk diselesaikan. Aku semakin tahu jika hanya dengan tulisan aku berkata – kata. Dunia serasa tidak akan pernah tahu kalau ada rahasia besar yang ingin kuungkapkan. Tanpa bisa dipungkuri, aku pengecut, aku tak punya nyali untuk mengungkapkan yang terpendam di dada. Rasanya, aku benar – benar pengecut jika tidak mampu mengunkapkan perasaan ini kepadanya sampai mati. Dia memang bukan tokoh pertama dalam cerita fiksiku, tapi senyumnya membuatku menjadikan tokoh pertama dalam fiksi kali ini. Ini adalah, pertama kalinya aku menulis setelah semua media dan fasilitas menulis disita oleh orang tua. Yang akhirnya, aku ambil diam – diam, hehe.
Aku yang dulu dan sekarang sdikit berubah. Aku tidak lagi menceritakan sosok perfeksionis yang sempurna dalam segala hal, termasuk urusan cinta. Maklumlah, dulu aku adalah anak SMP yang memiliki mimpi muluk – muluk seperti pada anak ABG pada umumnya. Aku sekarang lebih realistis dalam merajut sebuah fantasi.
Sebut saja, tokoh dalam ceritaku kali ini adalah Zona. Dia terlahir dengan nama familiar di telinga orang. Sosok cewek yang super rapuh, namun seolah-olah berpura-pura strength. Lahir dari keluarga sederhana yang sangat menjunjung arti kebersamaan dan kasih sayang.
“Cethuk” bunyi bbm ku, yang langsung ku jawab dengan status :
“Let me write, just one night”
Sekeluarga juga ngk pernah setuju kalo aku nulis. Maka dari itu, aku memendam keinginanku jauh-jauh sejak SMA buat jadi penulis (sebelum aku 100% addict yang namanya nulis). Eh ngk tahunya, tadi keponakanku yang unyu plus super cerdas, nemuin kumpulan cerpenku yang sudah lama banget disembunyiin ortu dan aku cari – cari ngk ketemu. I know their worried, but please let me write it jut 1 night, then I obey you all like first.
Saat ini, mau tidak mau, Zona harus menjalani proses kaderisasi yang merenggut banyak waktu belajar dan bermainnya sebagai mahasiswa baru. Sejak awal, dia tidak pernah setuju dengan kaderisasi. Karena itu adalah sebuah sistem yang tradisinya diturunkan turun temurun. Tanpa harus, ada intruksi hormat senior, solid, dan bla bla, bla, Zona sudah pasti menanamkan sistem itu. Ya karena, seperti itulah didikan orang tua Zona kepadanya dan juga saudara – saudaranya. Juetru dengan adanya pengkaderan, membuat Zona nampak dikekang dengan mulut – mulut tidak berpendidikan para seniornya. Pengkaderan yang selalu diagung-agungkan oleh nenek moyang jurusannya, dirasakan Zona sebagai bentuk pembatasan ekspresi yang diatur ini dan itu. Maklum saja, karena sifat Zona adalah koleris.
Tujuh bulan sudah Zona menjalanipengekangan tanpa batas itu. Namun sampai kapan seperti ini.. yang ada dipikirannya Zona, kapan aku bisa bernafas seperti mahasiswa normal lainnya di universitas lain.
“Ehm, ada titpan surat dari mas Findo untuk mu”, cetur getir Rara, teman seangkatan yang begitu antusias membenci Zona. Mas Findo adalah ketua senat mahasiswa jurusan Zona. Kalau disebut surat, selembar kertas puiih itu tidak berkop surat. Tanpa pikir panjang Zona yang nampak penasaran langsung membuka lipatan – lipatannya.
“Ha? Surat panggilan menghadap sekretaris Jurusan? Sumpah, apa – apaan ini? “ teriak Zona yang membuat nya menjadi perhatian banyak orang yang sedang makan di sekelilingnya.
“Tuhan, sumpah aku benar – benar gila jika di jurusan ini terus – menerus. Kenapa dulu aku ngk nurut mama – papa sih buat jadi mahasiswa kedokteran. Bodaoh. Nampaknya, disini aku bakal menjadi benar – benar bodoh’ ucap Zona dalam hati. Nampaknya, dia sudah bosan mengeluh karena jawaban yang selalu dilontarkan ibunya adalah :
“Jadi anak itu harus sabar. Kamu harus jalani hidup yang penuh pembelajaran ini dengan ikhlas. Karena kalau kamu ikhlas pasti kamu mendapatkan hasil yang baik. Ini adalah keputusan jurusan yang kamu ambil sendiri. Kamu harus konsekuen. Kamu harus sabar. Kamu harus senang menjalani. “
“Sabar dari hongkong, yang ada aku menjadi sarjana gila yang mati gelar setelah lulus dari sini ma,” cetus Zona tiap kali ingat petuah ibu nya.
“Tidak,...!!!! Stop pikiran Negatif. Aku pasti bisa. Aku harus dipastikan bisa, dapat menjadi seorang yang luar biasa, setelah tamat dari sini” teriak Zona dengan lantang sambil berlari meninggalkan kafe makanan dekat kompleks kontrakannya.
Sepi, rasanya sungguh sepi dalam gemuruh keramaian. Langkah demi langkah mengayun kaki ku. Tak ada yang istimewa. Langkah – langkah ini seperti langkah orang hidup tapi berasa mati. Hanya kepercayaan, hanya ‘trust” yang mampu menggerakkan otot ini untuk berdiri tegak. Tuhan, aku sangat percaya Engkau. Walau tidak bisa kupegang sekarang. Aku yakin, bukan fatamorgana lagi srtrlah ini. Aku yakin sudah cukup Engkau memberikan fatamorgana padaku. Dan aku pun tahu jika Engkau pun sudah letih melihatku tertatih – tatih. Untuk Mu, hanya untuk Mu aku mencoba kokoh selama ini.
-BERSAMBUNG-
Diposting oleh
Feriska Lala
08.28
Kreatifitas bisa dimulai dari hal paling sederhana yaitu "MELIHAT & MENULIS".
Melihat adalah proses yang membutuhkan indra penglihatan. Indra penglihatan mampu memilih berbagai warna di otak untuk dicocokkan dengan informasi yang didapatkan dan direkam oleh mata. Namun tidak hanya berhenti mencocokkan hasil rekaman saja, lebih dari itu manusia dapat bermain - main dengan penglihatannya memanipulasi warna. Ketika warna dimanipulasi, maka informasi yang didapatkan akan semakin beragam dan berkembang. Jika kita menulisnya satu saja yang kita anggap paling unik dan menarik di atas kertas. Kita akan melihat huruf - huruf itu menari. Dengan input dari imajinasi untuk dituliskan. semakin huruf itu menari bertambah beriringan, pikiran akan semakin berimajinasi. Otak akan semakin mencari dan keluar dari kata - kata yang sudah ada dari tulisan kita.
Hasilnya,..
So GREAT!!!!
Tulisan akan semakin memoles diri untuk bernari, sementari otak akan semakin bersenam untuk mencari celah - celah kecil yang belum ada dari tulisan kita, bahkan hingga yang belum ada dari otak kita. Ketika itu yang bisa dimanfaatkan sebagai informasi adalah rekaman dari otak. Salah satu rekaman otak yang paling unik dan kreatif berasal dari warna, hasil proses melihat dan mengamati suatu benda, peristiwa, kejadian.
Gambar di atas "It's My Creativity in 2012". Yuppy, produk "Nata De Burger", segelas minuman nata dari produk samping. Ide kratif ini muncul ketika saya melihat seorang anak makan buah pisang kemudian membuang kulitnya secara sembarangan. Saat itu saya berpikir bahwa kuli pisang itu pasti memiliki added value lebih daripada dibuang. Ceritanya masih belum nemu solusi, terus saya makan di sebuah warung tepi jalan (kebiasaan anak kost). "Byuuur" bunyi pemilik warung membuang air bekas cucian beras. Kala itu saya berkata, "Andai pemiliknya tahu jika di air bekas itu punya masih memiliki banyak kandungan gizi yang bisa digunakan untuk konsumsi anak - anak bangsa yang mengalami kelaparan dan gizi buruk". Permasalahan satu belum selesai, saya sudah menambah masalah lagi. Tidak cukup dua, sesaat kemudian saya bertemu dengan pedagang tahu mentah yang mensuplai tahu di tiap-tiap warung. Dan saya teringat pelajaran tatkala SD saat guru saya menjelaskan tentang proses pembuatan tahu yang memberikan banyak limbah (masih mengandung banyak gizi). Parah, kenapa yang ada dipikiran saya dari tadi limbah melulu. Limbah kalo hanya dikumpulin dari seorang saja, pasti ujung - ujungnya juga dibuang. Lantas, gimana biar nggak dibuang ya? Terinspiras dari pelajaran kuliah ketika semester pertama yakni "Perlunya sebuah sistem terintegrasi dalam sebuah pabrik industri". That is I am looking for, this is the answer. Yuppy, jawabannya adalah melalui sebuah sistem pengumpulan limbah secara terintegrasi. Menimbang dari banyaknya gizi - gizi yang masih mereka miliki, terutama karbohidrat, mengingat pelajaran Biologi SMA yang sangat saya gemari (maklum pengen jadi dokter, hehe) kalau karbohidrat tersebut bisa dirubah menjadi etanol. Etanol adalah hasil dari sebuah fermentasi. Nata juga sebuah hasil dari fermentasi. So, kalau bisa dibuat etanol, tentunya limbah - limbah tersebut bisa dibuat nata juga dong. Tanpa pikir panjang saya mencari literatur di mbah google. Alhamdulillah deh akhirnya nemu solusi ini. Harapannya, Nata De Burger ini bisa menjadi sumber gizi untuk penderita gizi buruk di Indonesia. Semoga Nata De Burger ini menjadi usaha yang terealisais dan memberikan kebaikan untuk anak Indonesia, generasi penerus bangsa.
KREATIF ITU SANGATLAH MUDAH. KETIKA KITA INGIN MENJADI KREATIF. DIMULAI SAAT ITULAH KITA MERUBAH POLA PIKIR MENJADI KREATIF,. ^.^
So, Solve Your Problem With Your Creativity. Then Bring Your Creativity for Your Better Enviroment Life