Satu - satunya cerpen yang tersisa sejak SMP-SMA, satu2 nya cerpen dalam softcopy. Semuanya ilang diloakin sewaktu aku kuliah di Surabaya, maklum semua pada gak tahu kalo itu buku nostalgia cerpen fiksi. Ini cerpen penuh dengan ikatan dan batasan, dan terlalu kaku karena pengekspresiannya dibatasi oleh aturan lomba. Cerpen saat SMA kelas 1 yang pengen aku ikutin lomba, makanya aku salin jadi softcopy, hehehe.
NAHKODA KEBENARAN
Hanafi
seorang mahasiswa baru S2 spesialis kedokteran forensik pada perguruan tinggi
terkenal, sedangkan Fikri tercatat sebagai mahasiswa S2 Akuntansi yang akan
wisuda dan siap menyandang pekerjaan barunya sebagai Akuntan Publik. Hanafi belajar lebih mandiri dengan kuliah
sambil bekerja seperti yang dilakukan oleh Fikri. Sedangkan kiriman uang dari
orang tua Hanafi yang setiap bulannya mengalir, dialirkan Hanafi kembali untuk
panti asuhan kumuh di sekitar tempat kostnya. Bagi Hanafi, melihat tiap anak
terabaikan di Panti Asuhan itu tersenyum, seolah membuat perutnya yang makan 2
kali sehari tidak merasa pernah lapar.
*****
Tak
terasa satu minggu setelah kepergian Fikri ke kota Lombok, tempat dinasnya yang
baru. Hanafi merasa kesepian. Terasa sekali jika setiap sudut kamar yang biasa
ramai oleh gelak tawa Fikri, sekarang terasa hambar karena ketiadaannya di
kostan sempit itu.
Untuk
memecah kesunyian, Hanafi pun memutar radio usangnya yang selalu dia bunyikan
kala menunggu kedatangan Fikri.
“Selamat
malam pendengar sekalian. Perihal kasus pembunuhan Kardi, 44 tahun yang
berprofesi menjadi sopir Presiden pagi tadi, hingga berita ini diturunkan satu
– satunya saksi yang berada di TKP adalah Putri Presiden, Eliza, 25 tahun.
Polisi masih menyelidiki bukti – bukti lain di TKP. Namun tidak menutup
kemungkinan status saksi Nona Eliza akan berubah menjadi tersangka. Mengingat
pada saat ditemukan, Nona Eliza memegang benda tumpul yang diduga sebagai bekas
alat membunuh sopir Kardi. Nona Eliza masih dalam tahap intograsi lebih lanjut
untuk mengetahui kebenaran berita ini,“ papar pembaca berita di radio itu.
“Astaghfirullah, apa saya tidak salah
dengar. Nona Eliza anak presiden yang dimaksud oleh radio ini kan Eliza teman
Fikri. Yang sering ketemu dengan aku. Astaga kasihan, pasti dia sedih sekali. Eliza
itu baik. Sulit dipercaya dia melakukan semua ini. Eliza itu gadis yang baik,
taat beribadah“ celoteh Hanafi sendirian
“Kring
– kring, kring – kring,“ handphone Hanafi
berdering.
“Hallo,
Assalamualaikum, Pak Saman,“ tenyata Hanafi
mendapatkan telepon dari Dosen Pembimbing penelitiannya.
“
Walaikumsalam Han. Sory ganggu Han. Gini, barusan I mendapat telepon dari pak presiden
untuk menangani kasus yang menjerat anaknya itu, Si Eliza. Karena dia dulu
adalah sahabat lama I, dia
mempercayakan pada I untuk
mencocokkan DNA Eliza dengan DNA darah pada sapu tangan yang terikat pada tongkat
pemukul. Tongkat itu tertinggal di TKP, tapi sekarang sudah berada di tangan
polisi. Berhubung I sebulan ini ada research ke luar negeri. Kira – kira U bisa gantiin I handle kasus ini nggak? Kalau U mau,
besok U mulai kerja. Lumayan loo honor yang ditawarkan Han. Gimana U mau?” papar dosen yang khas dengan
kata I untuk menyebut dirinya dan U untuk menyebut lawan bicaranya.
“Iya
pak boleh. Kebetulan saya beberapa minggu ini juga tidak ada project. Sebelumnya terima kasih banyak
Pak atas informasi dan tawarannya nggih Pak“
ungkap Hanafi.
“Iya
Han, sama – sama. Karena hanya U mahasiswa
yang aku percaya buat handle kasus
ini. Kalo gitu udah dulu ya Han. Thanks loo ya. Assalamualaikum han, lanjutin tidur lagi ya,“ ujar Pak Saman
“Walaikumsalam pak,“ jawab Hanafi.
*****
Hanafi
melewati ruang demi ruang kediaman presiden yang begitu megah dan terlihat
semua aksesoris yang di pasang adalah barang yang bernilai jual tinggi. Hingga
tiba pada suatu lorong yang gelap petugas keamanan itu berhenti.
“Disini
tuan, tempat nona Eliza mengurung diri. Tuan tunggu disni saja biar saya
ambilkan DNA yang Tuan maksud,“ ungkap keamanan itu
“Tidak
usah pak, biar saya sendiri saja,“ tukas Hanafi
“Tapi
Nona Eliza sangat berbahaya,“ sahut keamanan itu
“Saya
sudah terbiasa kok menghadapi pasien seperti ini,“ jawab Hanafi yang mulai
membuka pintu dimana Eliza nampak terdiam di balik kaca.
“Assalamualaikum Eliza,“ salam Hanafi
“Walaikumsalam, ada apa kamu kesini Han?“
Eliza menoleh ke Hanafi dan tampak senang sekali melihat Hanafi.
“Aku
kesini menggantikan dosenku El, beliau disuruh ayah kamu mengambil DNA kamu
untuk test DNA,“
“Pasti
untuk kasus pembunuhan kemarin,“ hardik Eliza.
“
Iya benar El. Bagaimana kabarmu?” tanya Hanafi.
“Alhamdulilah
masih bisa bernafas Han. Aku baik – baik saja. Tidak ada yang perlu dirisaukan
selama kita masih punya Allah, bukan begitu?!” jawab Eliza tenang
“Iya
benar El,“ balas Hanafi.
“Oh
iya, silakan ambil darahku untuk test DNA Han,” titah Eliza.
Hanafi
pun dengan cekatan mengambil darah Eliza di bagian lengannya.
“Han,
sebelum kau pergi, saya ingin memberikan barang yang pernah aku pinjam dari
Fikri,“ ujar Eliza.
“Tapi
kamu tahu sendiri kan El, kalau Fikri tidak tinggal bersamaku lagi?”
“Tidak
apa – apa Han, aku titip saja. Nanti sebelum kau kasihkan ke Fikri, tolong buka
dulu. Barangkali ada barang yang aku lupa menaruhnya“, pesan Eliza sembari
masuk ke bilik kecil.
“Tolong
periksa dulu ya Han, sebelum kamu kasihkan ini ke Fikri,“ kata Eliza
“Iya
El,“ sahut Hanafi, walaupun dia tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh Eliza
*****
Mentari
masih terlihat sayup malu menampakkan wajahnya, sementara binar rembulan
menelisik menyapa. Diiringi nyanyian kokok ayam jantan yang lantang melengking,
membuat penghuni kota yang tersadar segera mengambil air wudlu. Hanafi adalah
salah seorang yang terbangun di tengah adzan
subuh. Dia segera mengambil wudlu dan mendirikan salat.
“Assalamualaikum warahmatullah,“
terdengar salam penutup salat dari Hanafi,
“Assalamualaikum Hanafi,“ tiba – tiba
terdengar ucapan salam yang begitu mengagetkan Hanafi.
“Walaikumsalam, Fikri. Ada apa kamu balik
lagi?” tanya Hanafi setengah kaget menyambut sahabatnya.
“Ini
ada satu dokumen pentingku yang tertinggal Han, setelah ambil itu besok aku
balik lagi.“
“Bagaimana
kabarmu Fik?”
“Baik.
Oh iya, kamu dapat titipan dari Eliza kemarin waktu aku ketemu dia buat ambil sample DNA-nya.”
“Sample DNA?! Kalau benar - benar suka
nggak usah sampe segitunya lah Han, buat memeriksa kesehatannya,“ goda Fikri.
“Omonganmu
semakin nglantur aja Fik. Kamu nggak tahu ya, kalau Eliza baru saja terjerat
kasus pembunuhan sopir pribadinya...”
“Apa?!
Tidak mungkin dia setega itu Han?“ potong Fikri
“Iya,
kasihan sekali dia Fik, walaupun wajahnya tampak mencoba tegar, tapi aku tahu
kalau hatinya teriris,“ tambah Hanafi
“Memangnya
Eliza nitipin apa? Perasaan aku dan dia nggak pernah pinjam uang, ngutang, atau
saling pinjam barang,“
“Ya
mana aku tahu Fik, buka aja. Itu di laci kedua warna biru” balas Hanafi
Fikri
pun membuka kotak yang dimaksud Hanafi. Tapi alangkah terkejutnya, saat tahu
jika tidak ada apa – apa di kotak itu selain tape recorder yang berisi kaset. Serta sebuah surat bertulisan
tangan.
Setelah
ditekan tombol play tape recordernya, terdengar
percakapan dua orang wanita yang diiringi isak tangis serta celotehan anak
kecil. Setelah didengarkan secara seksama oleh dua pemuda itu. Ternyata tape itu berisikan percakapan antara
Eliza dan Istri almarhum sopir di kediaman istri sopir. Dua orang itu sedang
memperbincangkan kematian suaminya beberapa jam setelah kabar disebarluaskan di
seantero nusantara. Dengan isak tangis yang jelas istri almarhum sopir mengatakan
jika kematian suaminya pasti berhubungan dengan ketidaksengajaan mendengar
ancaman presiden kepada kepala departemen keuangan, untuk mengalihkan dana
logistik ke rekening Presiden. Karena presiden menyadari kehadiran orang lain
di ruangan itu. Lantas istri sopir itu bercerita bahwa presiden melarang
suaminya untuk bercerita pada siapapun. Dan menuruti kata presiden, suaminya
tidak berkata pada siapapun kecuali dirinya. Namun di tengah percakapan itu,
anaknya yang masih berumur 5 tahun menangis. Dia berkata bahwa melihat sesosok
hitam di balik kelambu kamarnya yang lupa belum ditutup. Namun, entah apa yang
terjadi pada pagi harinya sopir sudah ditemukan meninggal dunia setelah
mengantarkan nona Eliza. Keluarga sopir juga tak percaya jika nona Eliza yang
melakukan semua itu. Karena Eliza selama ini bersikap baik kepadanya.
“Astaghfirullah, sadis sekali presiden.
Dibalik kebijakannya selama ini, ternyata dia begitu keji.“
“Hush, Jangan berkata seperti itu. Kita
masih belum tahu siapa yang benar. Selanjutnya, kita baca satu surat dari Eliza
“ sahut Hanafi
“Alhamdulillah, akhirnya Allah
mempertemukan saya dengan Mas Hanafi. Saya tidak tahu pertanda apa ini. Tapi
yang jelas hanya kepada mas, saya mempercayakan apa yang saya yakini benar. Dan
hanya mas Hanafi, satu – satunya orang yang tahu di negeri ini jika saya tidak
gila, seperti yang ditutrkan media massa. Sebenarnya jika mas tahu, sejak kecil
hingga dewasa, saya tidak merasakan kebahagiaan tinggal bersama ayah saya.
Mungkin bukan karena status anak angkat, namun karena perlakuan ayah yang tidak
menganggap saya sebagai anak kandung. Sebenarnya saya adalah seorang gadis
kecil yang diangkat presiden 10 tahun yang lalu. Orang tua saya adalah sahabat
karib dari presiden. Namun ibu saya sudha meninggal dunia saat saya lahir dan
ayah saya meninggal dunia saat saya berumur 9 tahun. Karena kasihan melihat
saya, mungkin juga karena harta berlimpah yang saya miliki. Sementara saya
tidak memiliki sanak saudara dari ayah dan ibu, sehingga presiden mengangkat
saya sebagai anak. Sumpah demi Allah, bukan saya pembunuh Pak Kardi. Saya tidak
dapat berkata banyak karena mata – mata ayah yang tersebar dimana – mana dan
tidak akan segan – segan mencelakai siapapun yang dicurigainya, termasuk istri
almarhum Pak Kardi dan juga anaknya
Pagi
itu juga, tanpa berpikir panjang, keduanya pergi ke rumah istri almarhum Pak
Kardi. Namun sesampainya ke tempat tujuan, rumah itu sudah dipenuhi kerumunan,
tampak seorang gadi yang dikenalnya duduk ketakutan. Tak lain dia adalah Eliza
yang duduk penuh ketakutan diantara cucuran darah mayat istri sopir. Sementara
anak kecil yang berusia 5 tahun tampak begitu terpukul. Dia tidak dapat berkata
apa – apa.
“Kakak,
kenapa Tuhan begitu jahat hingga mengambil kedua orang tuaku di saat aku masih
kecil. Aku kangen ibu Kak. Aku kangen Ayah. Pokoknya aku harus bertemu mereka.
Tapi bagaimana aku bisa bertemu dia kak?! Kasih tahu aku caranya,”
Sementara
itu Eliza hanya menangis dan memeluk anak berusia 5 tahun yang selalu
menanyakan cara bertemu dengan orang tuanya lagi. Eliza tidak tahu harus
berkata apa untuk menjawab pertanyaan anak kecil itu.
*****
Alhamdulillah, benar dugaanku kalau bukan Eliza pembunuh
pak Kardi. Hasilnya adalah DNA Eliza tidak cocok dengan DNA darah yang ada di
sapu tangan milik pemukul Pak Kardi.
Hanafi
langsung menuju istana kepresidenan untuk memberitahukan hal tersebut pada
presiden. Ketika diinformasikan hal sedemikian, sesuai kenyataan yang terjadi,
tampak sikap yang begitu aneh dari presiden.
“Anak
muda, kau minta emas berapa karung saja akan ku beri. Asalkan kau membenarkan
DNA itu dan mengungkapkannya kepada publik,“
“Mohon
maaf sebelumnya, Pak. Ini bukanlah bentuk ketidakpatuhan saya. Tapi ini adalah bentuk
pengabdian saya di dunia kedokteran untuk menjalankan kode etik seorang dokter
dengan berdasarkan pada fakta yang ada,“
“Kalau
itu keputusanmu, jangan harap kau bisa keluar dari sini dengan tetap menyandang
gelar dokter lagi dan jangan harap kau masih bisa melihat orang – orang yang
kau sayangi lagi, termasuk dengan anak asuhmu di Panti Asuhan,”
Tanpa
berkata apau pun Hanafi meninggalkan ruang presiden dan menuju kost tempatnya
menyimpan kotak rahasia dari Eliza.
*****
Begitu kagetnya Hanafi saat melihat tempat
tinggalnya disatroni oleh lelaki kekar berselempang senjata. Salah seorang
diantaranya memperlihatkan kotak yang diberikan Eliza kepadanya. Tapi dia tidak
gentar karena dia merasa bahawa Allah akan selalu melindungi tiap langkah orang
yang berada di atas kebenaran.
“Dari
mana kalian tahu keberadaan kaset ini?” tanya Hanafi
“Sahabat
yang kau anggap saudara yang telah memberitahukan ini kepada kami. Lebih baik
kalian pergi semua dari negara ini.” ancam mereka meninggalkan kost Hanafi.
“Hanafi
maafkan aku. Semua ini karena terpaksa. Jika aku tidak memberitahukan kaset ini
maka mereka akan membunuhku, kau, ayah, Eliza, dan juga putra Pak Kardi.“ sahut
Fikri
“Sudahlah.
Pasti Allah memberikan rencana yang terbaik untuk kita.” sambung Hanafi.
“Besok
pagi – pagi sekali kita berangkat ke rumah orang tuaku. Disana sekiranya tempat
sementara yang aman untk kita semua.” tambahnya.
*****
Sesampainya
di rumah Hanafi yang tampak begitu sepi. Hanya dipenuhi oleh pembantu dan
penjaga keamanan. Mereka beristirahat di ruang tamu. Sementara Hanafi pergi
membawa sesuatu dari bilik kamarnya.
“Alhamdulillah setelah menerima kotak
dari Eliza segera Allah menuntun hati saya untuk menggandakan semua dokumen
yang ada di dalamnya. Setelah itu saya meletakkannya di rumah ini. Karena rumah
ini adalah tempat paling aman yang belum terjamah oleh mereka.”
“Alhamdulillah” ucap semua yang ada di
ruangan itu tidak menyangka kecerdikan Hanafi.
Hanafi
dan Fikri pun bergegas ke Badan Pengawasan dan Pengadilan Negara melalui
penyamaran yang sulit dikenali. Setelah kasus diproses selama 7 hari, presiden
dinyatakan bersalah dan dilakukan pemilihan presiden lagi. Melalui musyawarah
perwakilan di setiap perwakilan daerah, akhirnya Hanafi terpilih menjadi
presiden baru dengan gelar barunya juga yaitu spesialis forensik. Dia adalah
dokter pertama yang menjabat sebagai seorang presiden. Hanafi adalah seorang
presiden yang hidup dalam kondisi yang cukup. Dia selalu memberikan sebagian
besar gajinya untuk disumbangkan panti Asuhan.
Hanafi
menikah dengan Eliza, dan memutuskan untuk mengangkat putra Pak Kardi sebagai
anak angkatnya. Sedangkan Fikri melanjutkan menjadi seorang akuntan negara.
Diposting oleh
Feriska Lala
09.10
Tuhan ku, peluk aku dengan erat
dengan sangat erat tuhan,.
rekatkanlah rapuhan2 hati ini
serpihan2 pilu yang merisaukan jiwa.
Tuhanku, lebarkan lah langkah dalam asa
yang Kau susun untuk ku
Agar aku juga tahu apa mau Mu
Agar aku bisa menemukan arah,
menuju jalan, Mu
menuju indahnya hidup.
Tuhan, jari2 ini sudah penat untuk mengetik kata - kata.
bahkan semangat ini pun perlahan mulai bisa
diredupkan air sekularitas dalam seketika.
Tuhan, di penghunjung waktu kelemahan ini membuatku
mati di dalam jasad hidup
serasa kebenaran tak lagi bersemayam bagi mata-mata apalah itu namanya
Aku ingin keluar dari gemuruh nelangsa keramaian
Tuhan, 3 angka kutorehkan dengan sayatan luka keterpaksaan.
Mencoba tersenyum tapi rahang tak mampu menopang kesenjaan hati.
Semua penuh dengan implusif dan topeng kepalsuan.
Bisa saja ku berlari menuju kota yang penuh cinta dan kedamaian,
Namun, hati tak kuasa tuk berlari dari-Mu
Aku ingin lebih dekat dengan Mu, walau berat.
Kedukaan membuat kehadiran-Mu berlipat,
La la la, tidurlah bocah - bocah kecil dalam kelelapan fantasi kanak - kanak
Ucapkan selamat malam hari ini dan berikan senyum keikhlasan untuk esok hari
Hiburan kakak di penghujung tidur yang tak sehati dengan otak.
Hanya Kau Tuhan yang menguatkanku, hingga saat ini.
Tatkala semua sudah berlari dan aku sepi menyusuri pantai tak berpenghuni.
Hanya senandung kidung-kidung cinta Mu yang menuntunku
sampai pada jalan terindah
Notes
Susah,
Kenapa harus susah?
Kenapa harus aku yang menyusahkan,
Kenapa aku selalu menyusahkan
Kenapa aku mudah mebuat susah
Tuhan, aku sangat bersedih
Sedi yang terdalam dan begitu menyayat
Kenapa hidupku hanya menyusahkan.
Tuhan, aku ingin hidupku pebuh dengan kemanfaatan,
Tapi kenapa malah sangat menyusahkan?
Tuhan, aku cinta,.
Beribu cinta kepada-Mu dan tentang-MU
Aku selalu berdoa agar aku terlindung dari kesesatan,
Tapi kenapa aku jadi lebih menyusahkan
Aku ingin manfaat bukan menyusahkan.
Allah, apa ambisi ini hingga menembus sekuler?
Sekuler yang tak ku mengerti
Sekuler yang merambat, dan merasuk
Sedikit – demi sedikit dalam kemanfaatan yang tak kusadari
Rabb, kenapa sekuler itu ada?
Dan menodai kemanfaatan yang aku inginkan,.
Rabb, apa aku yang begitu bodoh
Hingga menodai niatku ini,.
Allah, dan kali ini aku benar – benar bodoh,.
Aku tak bisa berjalan tanpa setitik cahaya-Mu
Karena hidupku penuh dengan keredupan
Yang ingin segera aku berlari darinya,.
Rabb, biarkan aku manangkap setitik cahaya-Mu itu,.
Dan ku simpan erat dalam kalbuku
Tak cukup aku yang menyimpannya karena aku begitu bodoh
Aku tak mampu karena aku begitu hina
Hanya engkau yang mampu menjaganya.
Tuhanku, karena aku begitu bodoh,
Sebodoh – bodohnya orang hina
Dalam sebuah keredupan, kerapuhan, kebutaan, ketulian dan ketidakmampuan
Rabb, jangan biarkan hati ini buta, nurani ini tuli, dan kalbu ini rapuh,.
Aku meluruh dalam rangka
Yang akan luruh setelah penciptaan
Kembali dalam kesendiriaan, ketiadaan
Dan kenadhiran akan kemusnahan dan kesirnaan
Diposting oleh
Feriska Lala
11.03
Notes
Lama,
sudah lama
lama sudah kelam merenggurt jiwa
hitam menguasai pikir
gelap menderu hati
Uang, uang, uang
uang adalah segala
uang adalah dewa jahat yang membudakkan dunia
Uang menggerutu diantara pengamen hingga presiden
Kerap kali menyamar menjadi asa berperan sebagai dewa
menjelma nama kesuksesan, kehormatan, kebahagiaan
Uang terlalu lama menghantui Si Miskin,
meperalat Sang Kaya kuasai dunia
Padahal Si Kaya bisa memperalatnya untuk merubah dunia
Diposting oleh
Feriska Lala
11.02
Notes
sepiku menyapa waktu
memakan detik
membinasakan hari
sudah berhari - hari sepi menyayat hati
memekik malam,
menjerat asa.
sepi ini bukan sekedar sepi sunyi
tapi sepi yang nebcekik hasrat tuk berkarya
sepi ini menopang malas
malas tuk barkata, berpikir dan berkarya tentang perubahan
tak ingin selamanya sepi, malas mencekikku dalam kontribusi
untuk perubahan
perubahan tidak bisa berjalan tanpa aku
perubahan sedang menungguku,
tapi aku juga tidak dapat merubah
jika perubahan tidak dariku sendiri
aku tidak bisa berkata, berpikir dan berkarya yang tertanda perubahan
jika perubahan tidak bisa memprakarsaiku sendiri
perubahan bukanlah aku merubah dunia
tapi aku merubah diriku sendiri untuk dunia.
Diposting oleh
Feriska Lala
11.00
Notes
Ketika matahari tak mampu menghangatkan
Ketika senyum tak ingin menyapa
ketika hati tak ingin melihat
ketika mulut tak bisa menjerit
pikir ini hanya bisa berpikir payah
rasa ini hanya bisa terasa sakit
kemana aku harus mengobati luka ini
sayatan dalam yang membuatku tak bisa bernapas,.
sungguh ribuan kilo ini membuat kaki lelah
jiwa ini lemas dan hampir musnah.
bosan begitu menuba dalam darah.
dimana jawaban ini berada??
mengapa semua tubuh terdiam, beku, dan mati,.
Ibu, aku butuh kau yang selalu memelukku.
Tapi aku tak bisa memelukmu,.
Kau yang telah membesarkanku,
tapi aku masih sangat jauh dari hal besar,
karena sebentar lagi aku akan hilang tertiup angin,.
petuahmu selalu dalam anganku,
petuahmu indah, meski pun aku sangat lusah
menguatkan, namun ku masih lemah.
gagah melindungi, sedangkan aku rapuh untuk ruh ku sendiri.
Tuhan yang Maha Mendengar,
tidak ada yang salah dalam skenario ini,
tapi aku terlalu bodoh untuk memainkkannya.
Aku sendiri tidak tahu kenapa aku adalah aktormu.
padahal Kau lebih tahu tak ada talenta yang menopang.
kehidupan yang membuat perubahan.
Tuhanku, aku rela dengan semua perlakuanmu.
Tapi jangan menghadirkan aku dalam sebuah keburukan,
yang menjadi lebih buruk karena hadirku.
Karena sekali lagi aku bodoh.
Diposting oleh
Feriska Lala
10.59
Notes
Aku Mencintaimu dengan Cara yang Berbeda
Aku selalu bingung ketika harus berhadapan denganmu. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Walau pun aku tahu apa yang ingin kukatakan. Cinta, mungkin tidak denganmu saja aku bersikap demikian. Dengan orang – orang di sekitarku. Bahkan kepada ibu dan bapakku orang yang telah bersamaku sejak aku dalam kandungan aku merasa demikian. Seringkali juga teman – teman asramaku yang menghardik “kok bicaranya demikian?” sebenarnya yang aku maksudkan itu “bla bla bla”. Andai mereka tahu bagaimana sulitnya aku mengutarakan apa yang ingin kuutarakan. Dan diindikasikan sejak aku berumur 2 tahun. Dimana teman – teman sebayaku sudah mulai lancar berbicara “A hingga Z” aku masih menggunakan bahasa tubuh untuk memperlihatkan inginku. Tak ada celah bagiku untuk sebuah kata ‘protes’. Sikap melankolis-plegmatis ini sering membuatku bingung sendiri. Dan salah tingkah ketika berhadapan dengan orang lain. Terlebih orang yang tidak mengerti aku sebelumnya. Lebih baik aku go away saja sembari berkata “God, mengapa orang tersebut tidak mengerti maksudku. Apa ada yang salah pada susunan syaraf di lidahku?!”
Jika dalam dunia medis, khususnya ilmu psikologi, penyakitku ini bernama,.....
Aku bersyukur, walaupun tidak dapat berkomunikasi dengan baik, setidaknya aku masih bisa menulis. Itu yang bisa aku ambil pelajaran bahwa Allah itu adil kepada setiap hamba-Nya. Terkadang menulis pun agaknya membuatku merasa bersalah, entah itu anggapanku sendiri atau anggapan yang terlalu sering didengungkan orang hingga seolah itu adalah anggapanku. Semoga saja yang aku tulis saat ini, untukmu cinta tidak pernah salah di matamu. Terlebih di mataku sendiri karena aku adalah seorang lelaki yang tidak sangat ideal untuk disebut pemberani apalagi berpura – pura menjadi seorang pujangga. Apa pun yang terjadi kelak, setidaknya aku tidak akan menyesal karena telah mengkomunikasikan perasaanku padamu.
Teruntuk Cinta,
Ketika fajar menjelang,
Asaku ingin selalu mengejarmu
Entah dalam badai ketakutan dan hujan ketidakberdayaan,
Aku tetap ingin mengejar asa itu.
Ketika mentari mulai berjalan,
Bayangku selalu ingin di samping bayangmu
Walapun bayangku selalu berada di belakang bayangmu
Aku ingin tetap mengejar bayang itu, asalkan ku tahu, kau tetap masih dalam pandangku.
Ketika senja menjelang, bayang mu pun makin menghilang.
Suaramu sedang diperdengungkan oleh sekumpulan binatang yang kebingungan.
Perlahan suara nyaring itu tertelan peteng,.
Hingga akhirnya sirna oleh malam.
Cinta, andai kau tahu betapa matinya aku jika kau tidak tercipta.
Andai kau tahu betapa resahnya aku ketika sedetik pun aku kehilangan
Pandanganku tentangmu.
Andai kau tahu, betapa tawar rasa ini, ketika hanya selintas pun nyaringmu
Tak dapat disaring oleh telingaku.
Tapi kau tak perlu tahu cinta, berapa lama aku harus mengumpulkan keberanianku,
Berapa lembar yang harus ku lempar,
Dan berapa kata yang harus ku buang
hanya untuk menulis surat tidak berharga ini yang mungkin bagimu hanya angin lalu.
Teruntuk Cinta, Antariksa.
Diposting oleh
Feriska Lala
10.57
Notes
Ketika aku bertanya tentang alam,
Pak tani tak mampu menjawabnya dengan lugas.
Ketika aku bertanya tentang pelajaran,
Ibu guru hanya tercengang karena pertanyaan melebar.
Ketika aku bertanya tentang keramaian,
Polisi pun hanya bisa berputar pada kata yang itu2 saja.
Dan ketika aku bertanya tentang kesakitan,
Pak Dokter hanya memainkan stetoscope sembari berkata
All is well.
Sebenarnya siapa yang salah?
Pak tani, ibu guru, polisi, pak dokter ataukah aku penanya?
Lantas salahnya apa?
Alam, pelajaran, keramaian, kesakitan, atau kah pertanyaan.
Masing – masing tidak ingin bertitel salah
Berebut pendakwa, tapi tidak ingin menyandang “Terdakwa”
Semuanya penuh dengan ketidakjelasan dan saling melempar.
Dan aku pun mulai jenuh dengan tradisi saling melempar ini
Aku sudah jenuh dilempar salah
Aku pun lelah melempar salah
Aku hanya ingin salahku seutuhnya,
begitu pula keinginan saling sadar.
Hingga tak berguna lagi gelar hakim 'amin' menunggu dolar
Diposting oleh
Feriska Lala
10.48
Tumpukan karya fiksi yang selalu terbengkalai untuk diselesaikan. Aku semakin tahu jika hanya dengan tulisan aku berkata – kata. Dunia serasa tidak akan pernah tahu kalau ada rahasia besar yang ingin kuungkapkan. Tanpa bisa dipungkuri, aku pengecut, aku tak punya nyali untuk mengungkapkan yang terpendam di dada. Rasanya, aku benar – benar pengecut jika tidak mampu mengunkapkan perasaan ini kepadanya sampai mati. Dia memang bukan tokoh pertama dalam cerita fiksiku, tapi senyumnya membuatku menjadikan tokoh pertama dalam fiksi kali ini. Ini adalah, pertama kalinya aku menulis setelah semua media dan fasilitas menulis disita oleh orang tua. Yang akhirnya, aku ambil diam – diam, hehe.
Aku yang dulu dan sekarang sdikit berubah. Aku tidak lagi menceritakan sosok perfeksionis yang sempurna dalam segala hal, termasuk urusan cinta. Maklumlah, dulu aku adalah anak SMP yang memiliki mimpi muluk – muluk seperti pada anak ABG pada umumnya. Aku sekarang lebih realistis dalam merajut sebuah fantasi.
Sebut saja, tokoh dalam ceritaku kali ini adalah Zona. Dia terlahir dengan nama familiar di telinga orang. Sosok cewek yang super rapuh, namun seolah-olah berpura-pura strength. Lahir dari keluarga sederhana yang sangat menjunjung arti kebersamaan dan kasih sayang.
“Cethuk” bunyi bbm ku, yang langsung ku jawab dengan status :
“Let me write, just one night”
Sekeluarga juga ngk pernah setuju kalo aku nulis. Maka dari itu, aku memendam keinginanku jauh-jauh sejak SMA buat jadi penulis (sebelum aku 100% addict yang namanya nulis). Eh ngk tahunya, tadi keponakanku yang unyu plus super cerdas, nemuin kumpulan cerpenku yang sudah lama banget disembunyiin ortu dan aku cari – cari ngk ketemu. I know their worried, but please let me write it jut 1 night, then I obey you all like first.
Saat ini, mau tidak mau, Zona harus menjalani proses kaderisasi yang merenggut banyak waktu belajar dan bermainnya sebagai mahasiswa baru. Sejak awal, dia tidak pernah setuju dengan kaderisasi. Karena itu adalah sebuah sistem yang tradisinya diturunkan turun temurun. Tanpa harus, ada intruksi hormat senior, solid, dan bla bla, bla, Zona sudah pasti menanamkan sistem itu. Ya karena, seperti itulah didikan orang tua Zona kepadanya dan juga saudara – saudaranya. Juetru dengan adanya pengkaderan, membuat Zona nampak dikekang dengan mulut – mulut tidak berpendidikan para seniornya. Pengkaderan yang selalu diagung-agungkan oleh nenek moyang jurusannya, dirasakan Zona sebagai bentuk pembatasan ekspresi yang diatur ini dan itu. Maklum saja, karena sifat Zona adalah koleris.
Tujuh bulan sudah Zona menjalanipengekangan tanpa batas itu. Namun sampai kapan seperti ini.. yang ada dipikirannya Zona, kapan aku bisa bernafas seperti mahasiswa normal lainnya di universitas lain.
“Ehm, ada titpan surat dari mas Findo untuk mu”, cetur getir Rara, teman seangkatan yang begitu antusias membenci Zona. Mas Findo adalah ketua senat mahasiswa jurusan Zona. Kalau disebut surat, selembar kertas puiih itu tidak berkop surat. Tanpa pikir panjang Zona yang nampak penasaran langsung membuka lipatan – lipatannya.
“Ha? Surat panggilan menghadap sekretaris Jurusan? Sumpah, apa – apaan ini? “ teriak Zona yang membuat nya menjadi perhatian banyak orang yang sedang makan di sekelilingnya.
“Tuhan, sumpah aku benar – benar gila jika di jurusan ini terus – menerus. Kenapa dulu aku ngk nurut mama – papa sih buat jadi mahasiswa kedokteran. Bodaoh. Nampaknya, disini aku bakal menjadi benar – benar bodoh’ ucap Zona dalam hati. Nampaknya, dia sudah bosan mengeluh karena jawaban yang selalu dilontarkan ibunya adalah :
“Jadi anak itu harus sabar. Kamu harus jalani hidup yang penuh pembelajaran ini dengan ikhlas. Karena kalau kamu ikhlas pasti kamu mendapatkan hasil yang baik. Ini adalah keputusan jurusan yang kamu ambil sendiri. Kamu harus konsekuen. Kamu harus sabar. Kamu harus senang menjalani. “
“Sabar dari hongkong, yang ada aku menjadi sarjana gila yang mati gelar setelah lulus dari sini ma,” cetus Zona tiap kali ingat petuah ibu nya.
“Tidak,...!!!! Stop pikiran Negatif. Aku pasti bisa. Aku harus dipastikan bisa, dapat menjadi seorang yang luar biasa, setelah tamat dari sini” teriak Zona dengan lantang sambil berlari meninggalkan kafe makanan dekat kompleks kontrakannya.
Sepi, rasanya sungguh sepi dalam gemuruh keramaian. Langkah demi langkah mengayun kaki ku. Tak ada yang istimewa. Langkah – langkah ini seperti langkah orang hidup tapi berasa mati. Hanya kepercayaan, hanya ‘trust” yang mampu menggerakkan otot ini untuk berdiri tegak. Tuhan, aku sangat percaya Engkau. Walau tidak bisa kupegang sekarang. Aku yakin, bukan fatamorgana lagi srtrlah ini. Aku yakin sudah cukup Engkau memberikan fatamorgana padaku. Dan aku pun tahu jika Engkau pun sudah letih melihatku tertatih – tatih. Untuk Mu, hanya untuk Mu aku mencoba kokoh selama ini.
-BERSAMBUNG-
Diposting oleh
Feriska Lala
08.28
Kreatifitas bisa dimulai dari hal paling sederhana yaitu "MELIHAT & MENULIS".
Melihat adalah proses yang membutuhkan indra penglihatan. Indra penglihatan mampu memilih berbagai warna di otak untuk dicocokkan dengan informasi yang didapatkan dan direkam oleh mata. Namun tidak hanya berhenti mencocokkan hasil rekaman saja, lebih dari itu manusia dapat bermain - main dengan penglihatannya memanipulasi warna. Ketika warna dimanipulasi, maka informasi yang didapatkan akan semakin beragam dan berkembang. Jika kita menulisnya satu saja yang kita anggap paling unik dan menarik di atas kertas. Kita akan melihat huruf - huruf itu menari. Dengan input dari imajinasi untuk dituliskan. semakin huruf itu menari bertambah beriringan, pikiran akan semakin berimajinasi. Otak akan semakin mencari dan keluar dari kata - kata yang sudah ada dari tulisan kita.
Hasilnya,..
So GREAT!!!!
Tulisan akan semakin memoles diri untuk bernari, sementari otak akan semakin bersenam untuk mencari celah - celah kecil yang belum ada dari tulisan kita, bahkan hingga yang belum ada dari otak kita. Ketika itu yang bisa dimanfaatkan sebagai informasi adalah rekaman dari otak. Salah satu rekaman otak yang paling unik dan kreatif berasal dari warna, hasil proses melihat dan mengamati suatu benda, peristiwa, kejadian.
Gambar di atas "It's My Creativity in 2012". Yuppy, produk "Nata De Burger", segelas minuman nata dari produk samping. Ide kratif ini muncul ketika saya melihat seorang anak makan buah pisang kemudian membuang kulitnya secara sembarangan. Saat itu saya berpikir bahwa kuli pisang itu pasti memiliki added value lebih daripada dibuang. Ceritanya masih belum nemu solusi, terus saya makan di sebuah warung tepi jalan (kebiasaan anak kost). "Byuuur" bunyi pemilik warung membuang air bekas cucian beras. Kala itu saya berkata, "Andai pemiliknya tahu jika di air bekas itu punya masih memiliki banyak kandungan gizi yang bisa digunakan untuk konsumsi anak - anak bangsa yang mengalami kelaparan dan gizi buruk". Permasalahan satu belum selesai, saya sudah menambah masalah lagi. Tidak cukup dua, sesaat kemudian saya bertemu dengan pedagang tahu mentah yang mensuplai tahu di tiap-tiap warung. Dan saya teringat pelajaran tatkala SD saat guru saya menjelaskan tentang proses pembuatan tahu yang memberikan banyak limbah (masih mengandung banyak gizi). Parah, kenapa yang ada dipikiran saya dari tadi limbah melulu. Limbah kalo hanya dikumpulin dari seorang saja, pasti ujung - ujungnya juga dibuang. Lantas, gimana biar nggak dibuang ya? Terinspiras dari pelajaran kuliah ketika semester pertama yakni "Perlunya sebuah sistem terintegrasi dalam sebuah pabrik industri". That is I am looking for, this is the answer. Yuppy, jawabannya adalah melalui sebuah sistem pengumpulan limbah secara terintegrasi. Menimbang dari banyaknya gizi - gizi yang masih mereka miliki, terutama karbohidrat, mengingat pelajaran Biologi SMA yang sangat saya gemari (maklum pengen jadi dokter, hehe) kalau karbohidrat tersebut bisa dirubah menjadi etanol. Etanol adalah hasil dari sebuah fermentasi. Nata juga sebuah hasil dari fermentasi. So, kalau bisa dibuat etanol, tentunya limbah - limbah tersebut bisa dibuat nata juga dong. Tanpa pikir panjang saya mencari literatur di mbah google. Alhamdulillah deh akhirnya nemu solusi ini. Harapannya, Nata De Burger ini bisa menjadi sumber gizi untuk penderita gizi buruk di Indonesia. Semoga Nata De Burger ini menjadi usaha yang terealisais dan memberikan kebaikan untuk anak Indonesia, generasi penerus bangsa.
KREATIF ITU SANGATLAH MUDAH. KETIKA KITA INGIN MENJADI KREATIF. DIMULAI SAAT ITULAH KITA MERUBAH POLA PIKIR MENJADI KREATIF,. ^.^
So, Solve Your Problem With Your Creativity. Then Bring Your Creativity for Your Better Enviroment Life