Cerpen Tersisa

Diposting oleh Feriska Lala , Jumat, 29 Maret 2013 09.18

Satu - satunya cerpen yang tersisa sejak SMP-SMA, satu2 nya cerpen dalam softcopy. Semuanya ilang diloakin sewaktu aku kuliah di Surabaya, maklum semua pada gak tahu kalo itu buku nostalgia cerpen fiksi. Ini cerpen penuh dengan ikatan dan batasan, dan terlalu kaku karena pengekspresiannya dibatasi oleh aturan lomba. Cerpen saat SMA kelas 1 yang pengen aku ikutin lomba, makanya aku salin jadi softcopy, hehehe. 

NAHKODA KEBENARAN

Hanafi seorang mahasiswa baru S2 spesialis kedokteran forensik pada perguruan tinggi terkenal, sedangkan Fikri tercatat sebagai mahasiswa S2 Akuntansi yang akan wisuda dan siap menyandang pekerjaan barunya sebagai Akuntan Publik.  Hanafi belajar lebih mandiri dengan kuliah sambil bekerja seperti yang dilakukan oleh Fikri. Sedangkan kiriman uang dari orang tua Hanafi yang setiap bulannya mengalir, dialirkan Hanafi kembali untuk panti asuhan kumuh di sekitar tempat kostnya. Bagi Hanafi, melihat tiap anak terabaikan di Panti Asuhan itu tersenyum, seolah membuat perutnya yang makan 2 kali sehari tidak merasa pernah lapar.
*****
Tak terasa satu minggu setelah kepergian Fikri ke kota Lombok, tempat dinasnya yang baru. Hanafi merasa kesepian. Terasa sekali jika setiap sudut kamar yang biasa ramai oleh gelak tawa Fikri, sekarang terasa hambar karena ketiadaannya di kostan sempit itu.
Untuk memecah kesunyian, Hanafi pun memutar radio usangnya yang selalu dia bunyikan kala menunggu kedatangan Fikri.
“Selamat malam pendengar sekalian. Perihal kasus pembunuhan Kardi, 44 tahun yang berprofesi menjadi sopir Presiden pagi tadi, hingga berita ini diturunkan satu – satunya saksi yang berada di TKP adalah Putri Presiden, Eliza, 25 tahun. Polisi masih menyelidiki bukti – bukti lain di TKP. Namun tidak menutup kemungkinan status saksi Nona Eliza akan berubah menjadi tersangka. Mengingat pada saat ditemukan, Nona Eliza memegang benda tumpul yang diduga sebagai bekas alat membunuh sopir Kardi. Nona Eliza masih dalam tahap intograsi lebih lanjut untuk mengetahui kebenaran berita ini,“ papar pembaca berita di radio itu.
Astaghfirullah, apa saya tidak salah dengar. Nona Eliza anak presiden yang dimaksud oleh radio ini kan Eliza teman Fikri. Yang sering ketemu dengan aku. Astaga kasihan, pasti dia sedih sekali. Eliza itu baik. Sulit dipercaya dia melakukan semua ini. Eliza itu gadis yang baik, taat beribadah“ celoteh Hanafi sendirian
“Kring – kring, kring – kring,“ handphone Hanafi berdering.
“Hallo, Assalamualaikum, Pak Saman,“ tenyata Hanafi mendapatkan telepon dari Dosen Pembimbing penelitiannya.
Walaikumsalam Han. Sory ganggu Han. Gini, barusan I mendapat telepon dari pak presiden untuk menangani kasus yang menjerat anaknya itu, Si Eliza. Karena dia dulu adalah sahabat lama I, dia mempercayakan pada I untuk mencocokkan DNA Eliza dengan DNA darah pada sapu tangan yang terikat pada tongkat pemukul. Tongkat itu tertinggal di TKP, tapi sekarang sudah berada di tangan polisi. Berhubung I sebulan ini ada research ke luar negeri. Kira – kira U bisa gantiin I handle kasus ini nggak?  Kalau U mau, besok U mulai kerja. Lumayan loo honor yang ditawarkan Han. Gimana U mau?” papar dosen yang khas dengan kata I untuk menyebut dirinya dan U untuk menyebut lawan bicaranya.
“Iya pak boleh. Kebetulan saya beberapa minggu ini juga tidak ada project. Sebelumnya terima kasih banyak Pak atas informasi dan tawarannya nggih Pak“ ungkap Hanafi.
“Iya Han, sama – sama. Karena hanya U mahasiswa yang aku percaya buat handle kasus ini. Kalo gitu udah dulu ya Han. Thanks loo ya. Assalamualaikum han, lanjutin tidur lagi ya,“ ujar Pak Saman
Walaikumsalam pak,“ jawab Hanafi.
*****
Hanafi melewati ruang demi ruang kediaman presiden yang begitu megah dan terlihat semua aksesoris yang di pasang adalah barang yang bernilai jual tinggi. Hingga tiba pada suatu lorong yang gelap petugas keamanan itu berhenti.
“Disini tuan, tempat nona Eliza mengurung diri. Tuan tunggu disni saja biar saya ambilkan DNA yang Tuan maksud,“ ungkap keamanan itu
“Tidak usah pak, biar saya sendiri saja,“ tukas Hanafi
“Tapi Nona Eliza sangat berbahaya,“ sahut keamanan itu
“Saya sudah terbiasa kok menghadapi pasien seperti ini,“ jawab Hanafi yang mulai membuka pintu dimana Eliza nampak terdiam di balik kaca.
Assalamualaikum Eliza,“ salam Hanafi
Walaikumsalam, ada apa kamu kesini Han?“ Eliza menoleh ke Hanafi dan tampak senang sekali melihat Hanafi.
“Aku kesini menggantikan dosenku El, beliau disuruh ayah kamu mengambil DNA kamu untuk test DNA,“
“Pasti untuk kasus pembunuhan kemarin,“ hardik Eliza.
“ Iya benar El. Bagaimana kabarmu?” tanya Hanafi.
“Alhamdulilah masih bisa bernafas Han. Aku baik – baik saja. Tidak ada yang perlu dirisaukan selama kita masih punya Allah, bukan begitu?!” jawab Eliza tenang
“Iya benar El,“ balas Hanafi.
“Oh iya, silakan ambil darahku untuk test DNA Han,” titah Eliza.
Hanafi pun dengan cekatan mengambil darah Eliza di bagian lengannya.
“Han, sebelum kau pergi, saya ingin memberikan barang yang pernah aku pinjam dari Fikri,“ ujar Eliza.
“Tapi kamu tahu sendiri kan El, kalau Fikri tidak tinggal bersamaku lagi?”
“Tidak apa – apa Han, aku titip saja. Nanti sebelum kau kasihkan ke Fikri, tolong buka dulu. Barangkali ada barang yang aku lupa menaruhnya“, pesan Eliza sembari masuk ke bilik kecil.
“Tolong periksa dulu ya Han, sebelum kamu kasihkan ini ke Fikri,“ kata Eliza
“Iya El,“ sahut Hanafi, walaupun dia tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh Eliza
*****
Mentari masih terlihat sayup malu menampakkan wajahnya, sementara binar rembulan menelisik menyapa. Diiringi nyanyian kokok ayam jantan yang lantang melengking, membuat penghuni kota yang tersadar segera mengambil air wudlu. Hanafi adalah salah seorang yang terbangun di tengah adzan subuh. Dia segera mengambil wudlu dan mendirikan salat.
Assalamualaikum warahmatullah,“ terdengar salam penutup salat dari Hanafi,
Assalamualaikum Hanafi,“ tiba – tiba terdengar ucapan salam yang begitu mengagetkan Hanafi.
Walaikumsalam, Fikri. Ada apa kamu balik lagi?” tanya Hanafi setengah kaget menyambut sahabatnya.
“Ini ada satu dokumen pentingku yang tertinggal Han, setelah ambil itu besok aku balik lagi.“
“Bagaimana kabarmu Fik?”
“Baik. Oh iya, kamu dapat titipan dari Eliza kemarin waktu aku ketemu dia buat ambil sample DNA-nya.”
Sample DNA?! Kalau benar - benar suka nggak usah sampe segitunya lah Han, buat memeriksa kesehatannya,“ goda Fikri.
“Omonganmu semakin nglantur aja Fik. Kamu nggak tahu ya, kalau Eliza baru saja terjerat kasus pembunuhan sopir pribadinya...”
“Apa?! Tidak mungkin dia setega itu Han?“ potong Fikri
“Iya, kasihan sekali dia Fik, walaupun wajahnya tampak mencoba tegar, tapi aku tahu kalau hatinya teriris,“ tambah Hanafi
“Memangnya Eliza nitipin apa? Perasaan aku dan dia nggak pernah pinjam uang, ngutang, atau saling pinjam barang,“
“Ya mana aku tahu Fik, buka aja. Itu di laci kedua warna biru” balas Hanafi
Fikri pun membuka kotak yang dimaksud Hanafi. Tapi alangkah terkejutnya, saat tahu jika tidak ada apa – apa di kotak itu selain tape recorder yang berisi kaset. Serta sebuah surat bertulisan tangan.
Setelah ditekan tombol play tape recordernya, terdengar percakapan dua orang wanita yang diiringi isak tangis serta celotehan anak kecil. Setelah didengarkan secara seksama oleh dua pemuda itu. Ternyata tape itu berisikan percakapan antara Eliza dan Istri almarhum sopir di kediaman istri sopir. Dua orang itu sedang memperbincangkan kematian suaminya beberapa jam setelah kabar disebarluaskan di seantero nusantara. Dengan isak tangis yang jelas istri almarhum sopir mengatakan jika kematian suaminya pasti berhubungan dengan ketidaksengajaan mendengar ancaman presiden kepada kepala departemen keuangan, untuk mengalihkan dana logistik ke rekening Presiden. Karena presiden menyadari kehadiran orang lain di ruangan itu. Lantas istri sopir itu bercerita bahwa presiden melarang suaminya untuk bercerita pada siapapun. Dan menuruti kata presiden, suaminya tidak berkata pada siapapun kecuali dirinya. Namun di tengah percakapan itu, anaknya yang masih berumur 5 tahun menangis. Dia berkata bahwa melihat sesosok hitam di balik kelambu kamarnya yang lupa belum ditutup. Namun, entah apa yang terjadi pada pagi harinya sopir sudah ditemukan meninggal dunia setelah mengantarkan nona Eliza. Keluarga sopir juga tak percaya jika nona Eliza yang melakukan semua itu. Karena Eliza selama ini bersikap baik kepadanya.
Astaghfirullah, sadis sekali presiden. Dibalik kebijakannya selama ini, ternyata dia begitu keji.“
Hush, Jangan berkata seperti itu. Kita masih belum tahu siapa yang benar. Selanjutnya, kita baca satu surat dari Eliza “ sahut Hanafi
Alhamdulillah, akhirnya Allah mempertemukan saya dengan Mas Hanafi. Saya tidak tahu pertanda apa ini. Tapi yang jelas hanya kepada mas, saya mempercayakan apa yang saya yakini benar. Dan hanya mas Hanafi, satu – satunya orang yang tahu di negeri ini jika saya tidak gila, seperti yang ditutrkan media massa. Sebenarnya jika mas tahu, sejak kecil hingga dewasa, saya tidak merasakan kebahagiaan tinggal bersama ayah saya. Mungkin bukan karena status anak angkat, namun karena perlakuan ayah yang tidak menganggap saya sebagai anak kandung. Sebenarnya saya adalah seorang gadis kecil yang diangkat presiden 10 tahun yang lalu. Orang tua saya adalah sahabat karib dari presiden. Namun ibu saya sudha meninggal dunia saat saya lahir dan ayah saya meninggal dunia saat saya berumur 9 tahun. Karena kasihan melihat saya, mungkin juga karena harta berlimpah yang saya miliki. Sementara saya tidak memiliki sanak saudara dari ayah dan ibu, sehingga presiden mengangkat saya sebagai anak. Sumpah demi Allah, bukan saya pembunuh Pak Kardi. Saya tidak dapat berkata banyak karena mata – mata ayah yang tersebar dimana – mana dan tidak akan segan – segan mencelakai siapapun yang dicurigainya, termasuk istri almarhum Pak Kardi dan juga anaknya
Pagi itu juga, tanpa berpikir panjang, keduanya pergi ke rumah istri almarhum Pak Kardi. Namun sesampainya ke tempat tujuan, rumah itu sudah dipenuhi kerumunan, tampak seorang gadi yang dikenalnya duduk ketakutan. Tak lain dia adalah Eliza yang duduk penuh ketakutan diantara cucuran darah mayat istri sopir. Sementara anak kecil yang berusia 5 tahun tampak begitu terpukul. Dia tidak dapat berkata apa – apa.
“Kakak, kenapa Tuhan begitu jahat hingga mengambil kedua orang tuaku di saat aku masih kecil. Aku kangen ibu Kak. Aku kangen Ayah. Pokoknya aku harus bertemu mereka. Tapi bagaimana aku bisa bertemu dia kak?! Kasih tahu aku caranya,”
Sementara itu Eliza hanya menangis dan memeluk anak berusia 5 tahun yang selalu menanyakan cara bertemu dengan orang tuanya lagi. Eliza tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan anak kecil itu.
*****
Alhamdulillah, benar dugaanku kalau bukan Eliza pembunuh pak Kardi. Hasilnya adalah DNA Eliza tidak cocok dengan DNA darah yang ada di sapu tangan milik pemukul Pak Kardi.
Hanafi langsung menuju istana kepresidenan untuk memberitahukan hal tersebut pada presiden. Ketika diinformasikan hal sedemikian, sesuai kenyataan yang terjadi, tampak sikap yang begitu aneh dari presiden.
“Anak muda, kau minta emas berapa karung saja akan ku beri. Asalkan kau membenarkan DNA itu dan mengungkapkannya kepada publik,“
“Mohon maaf sebelumnya, Pak. Ini bukanlah bentuk ketidakpatuhan saya. Tapi ini adalah bentuk pengabdian saya di dunia kedokteran untuk menjalankan kode etik seorang dokter dengan berdasarkan pada fakta yang ada,“
“Kalau itu keputusanmu, jangan harap kau bisa keluar dari sini dengan tetap menyandang gelar dokter lagi dan jangan harap kau masih bisa melihat orang – orang yang kau sayangi lagi, termasuk dengan anak asuhmu di Panti Asuhan,”
Tanpa berkata apau pun Hanafi meninggalkan ruang presiden dan menuju kost tempatnya menyimpan kotak rahasia dari Eliza.
*****
 Begitu kagetnya Hanafi saat melihat tempat tinggalnya disatroni oleh lelaki kekar berselempang senjata. Salah seorang diantaranya memperlihatkan kotak yang diberikan Eliza kepadanya. Tapi dia tidak gentar karena dia merasa bahawa Allah akan selalu melindungi tiap langkah orang yang berada di atas kebenaran.
“Dari mana kalian tahu keberadaan kaset ini?” tanya Hanafi
“Sahabat yang kau anggap saudara yang telah memberitahukan ini kepada kami. Lebih baik kalian pergi semua dari negara ini.” ancam mereka meninggalkan kost Hanafi.
“Hanafi maafkan aku. Semua ini karena terpaksa. Jika aku tidak memberitahukan kaset ini maka mereka akan membunuhku, kau, ayah, Eliza, dan juga putra Pak Kardi.“ sahut Fikri
“Sudahlah. Pasti Allah memberikan rencana yang terbaik untuk kita.” sambung Hanafi.
“Besok pagi – pagi sekali kita berangkat ke rumah orang tuaku. Disana sekiranya tempat sementara yang aman untk kita semua.” tambahnya.
*****
Sesampainya di rumah Hanafi yang tampak begitu sepi. Hanya dipenuhi oleh pembantu dan penjaga keamanan. Mereka beristirahat di ruang tamu. Sementara Hanafi pergi membawa sesuatu dari bilik kamarnya.
Alhamdulillah setelah menerima kotak dari Eliza segera Allah menuntun hati saya untuk menggandakan semua dokumen yang ada di dalamnya. Setelah itu saya meletakkannya di rumah ini. Karena rumah ini adalah tempat paling aman yang belum terjamah oleh mereka.”
Alhamdulillah” ucap semua yang ada di ruangan itu tidak menyangka kecerdikan Hanafi.
Hanafi dan Fikri pun bergegas ke Badan Pengawasan dan Pengadilan Negara melalui penyamaran yang sulit dikenali. Setelah kasus diproses selama 7 hari, presiden dinyatakan bersalah dan dilakukan pemilihan presiden lagi. Melalui musyawarah perwakilan di setiap perwakilan daerah, akhirnya Hanafi terpilih menjadi presiden baru dengan gelar barunya juga yaitu spesialis forensik. Dia adalah dokter pertama yang menjabat sebagai seorang presiden. Hanafi adalah seorang presiden yang hidup dalam kondisi yang cukup. Dia selalu memberikan sebagian besar gajinya untuk disumbangkan panti Asuhan.
Hanafi menikah dengan Eliza, dan memutuskan untuk mengangkat putra Pak Kardi sebagai anak angkatnya. Sedangkan Fikri melanjutkan menjadi seorang akuntan negara.

Mimpi yang Terlepas

Diposting oleh Feriska Lala 09.10

Tuhan ku, peluk aku dengan erat
dengan sangat erat tuhan,.
rekatkanlah rapuhan2 hati ini
serpihan2 pilu yang merisaukan jiwa.
Tuhanku, lebarkan lah langkah dalam asa
yang Kau susun untuk ku
Agar aku juga tahu apa mau Mu
Agar aku bisa menemukan arah,
menuju jalan, Mu
menuju indahnya hidup.
Tuhan, jari2 ini sudah penat untuk mengetik kata - kata.
bahkan semangat ini pun perlahan mulai bisa
diredupkan air sekularitas dalam seketika.
Tuhan, di penghunjung waktu kelemahan ini membuatku
mati di dalam jasad hidup
serasa kebenaran tak lagi bersemayam bagi mata-mata apalah itu namanya
Aku ingin keluar dari gemuruh nelangsa keramaian
Tuhan, 3 angka kutorehkan dengan sayatan luka keterpaksaan.
Mencoba tersenyum tapi rahang tak mampu menopang kesenjaan hati.
Semua penuh dengan implusif dan topeng kepalsuan.
Bisa saja ku berlari menuju kota yang penuh cinta dan kedamaian,
Namun, hati tak kuasa tuk berlari dari-Mu
Aku ingin lebih dekat dengan Mu, walau berat.
Kedukaan membuat kehadiran-Mu berlipat,

La la la, tidurlah bocah - bocah kecil dalam kelelapan fantasi kanak - kanak
Ucapkan selamat malam hari ini dan berikan senyum keikhlasan untuk esok hari
Hiburan kakak di penghujung tidur yang tak sehati dengan otak.
Hanya Kau Tuhan yang menguatkanku, hingga saat ini.
Tatkala semua sudah berlari dan aku sepi menyusuri pantai tak berpenghuni.
Hanya senandung kidung-kidung cinta Mu yang menuntunku
sampai pada jalan terindah 

Kenapa Harus Sekuler?

Diposting oleh Feriska Lala , Kamis, 24 Januari 2013 11.05

Notes


Susah,
Kenapa harus susah?
Kenapa harus aku yang menyusahkan,
Kenapa aku selalu menyusahkan
Kenapa aku mudah mebuat susah
Tuhan, aku sangat bersedih
Sedi yang terdalam dan begitu menyayat
Kenapa hidupku hanya menyusahkan.
Tuhan, aku ingin hidupku pebuh dengan kemanfaatan,
Tapi kenapa malah sangat menyusahkan?
Tuhan, aku cinta,.
Beribu cinta kepada-Mu dan tentang-MU
Aku selalu berdoa agar aku terlindung dari kesesatan,
Tapi kenapa aku jadi lebih menyusahkan
Aku ingin manfaat bukan menyusahkan.
Allah, apa ambisi ini hingga menembus sekuler?
Sekuler yang tak ku mengerti
Sekuler yang merambat, dan merasuk
Sedikit – demi sedikit dalam kemanfaatan yang tak kusadari
Rabb, kenapa sekuler itu ada?
Dan menodai kemanfaatan yang aku inginkan,.
Rabb, apa aku yang begitu bodoh
Hingga menodai niatku ini,.
Allah, dan kali ini aku benar – benar bodoh,.
Aku tak bisa berjalan tanpa setitik cahaya-Mu
Karena hidupku penuh dengan keredupan
Yang ingin segera aku berlari darinya,.
Rabb, biarkan aku manangkap setitik cahaya-Mu itu,.
Dan ku simpan erat dalam kalbuku
Tak cukup aku yang menyimpannya karena aku begitu bodoh
Aku tak mampu karena aku begitu hina
Hanya engkau yang mampu menjaganya.
Tuhanku, karena aku begitu bodoh,
Sebodoh – bodohnya orang hina
Dalam sebuah keredupan, kerapuhan, kebutaan, ketulian dan ketidakmampuan
Rabb, jangan biarkan hati ini buta, nurani ini tuli, dan kalbu ini rapuh,.
Aku meluruh dalam rangka
Yang akan luruh setelah penciptaan
Kembali dalam kesendiriaan, ketiadaan
Dan kenadhiran akan kemusnahan dan kesirnaan


Lama

Diposting oleh Feriska Lala 11.03

Notes


Lama,
sudah lama
lama sudah kelam merenggurt jiwa
hitam menguasai pikir
gelap menderu hati

Uang, uang, uang
uang adalah segala
uang adalah dewa jahat yang membudakkan dunia
Uang menggerutu diantara pengamen hingga presiden
Kerap kali menyamar menjadi asa berperan sebagai dewa
menjelma nama kesuksesan, kehormatan, kebahagiaan

Uang terlalu lama menghantui Si Miskin,
meperalat Sang Kaya kuasai dunia
Padahal Si Kaya bisa memperalatnya untuk merubah dunia

Sepi

Diposting oleh Feriska Lala 11.02

Notes


sepiku menyapa waktu
memakan detik
membinasakan hari
sudah berhari - hari sepi menyayat hati
memekik malam,
menjerat asa.
sepi ini bukan sekedar sepi sunyi
tapi sepi yang nebcekik hasrat tuk berkarya
sepi ini menopang malas
malas tuk barkata, berpikir dan berkarya tentang perubahan
tak ingin selamanya sepi, malas mencekikku dalam kontribusi
untuk perubahan
perubahan tidak bisa berjalan tanpa aku
perubahan sedang menungguku,
tapi aku juga tidak dapat merubah
jika perubahan tidak dariku sendiri
aku tidak bisa berkata, berpikir dan berkarya yang tertanda perubahan
jika perubahan tidak bisa memprakarsaiku sendiri
perubahan bukanlah aku merubah dunia
tapi aku merubah diriku sendiri untuk dunia.


Karena Bodoh

Diposting oleh Feriska Lala 11.00

Notes


Ketika matahari tak mampu menghangatkan
Ketika senyum tak ingin menyapa
ketika hati tak ingin melihat
ketika mulut tak bisa menjerit
pikir ini hanya bisa berpikir payah
rasa ini hanya bisa terasa sakit
kemana aku harus mengobati luka ini
sayatan dalam yang membuatku tak bisa bernapas,.
sungguh ribuan kilo ini membuat kaki lelah
jiwa ini lemas dan hampir musnah.
bosan begitu menuba dalam darah.
dimana jawaban ini berada??
mengapa semua tubuh terdiam, beku, dan mati,.
Ibu, aku butuh kau yang selalu memelukku.
Tapi aku tak bisa memelukmu,.
Kau yang telah membesarkanku,
tapi aku masih sangat jauh dari hal besar,
karena sebentar lagi aku akan hilang tertiup angin,.
petuahmu selalu dalam anganku,
petuahmu indah, meski pun aku sangat lusah
menguatkan, namun ku masih lemah.
gagah melindungi, sedangkan aku rapuh untuk ruh ku sendiri.
Tuhan yang Maha Mendengar,
tidak ada yang salah dalam skenario ini,
tapi aku terlalu bodoh untuk memainkkannya.
Aku sendiri tidak tahu kenapa aku adalah aktormu.
padahal Kau lebih tahu tak ada talenta yang menopang.
kehidupan yang membuat perubahan.
Tuhanku, aku rela dengan semua perlakuanmu.
Tapi jangan menghadirkan aku dalam sebuah keburukan,
yang menjadi lebih buruk karena hadirku.
Karena sekali lagi aku bodoh.

Aku Mencintaimu dengan Cara yang Berbeda

Diposting oleh Feriska Lala 10.59

Notes


Aku Mencintaimu dengan Cara yang Berbeda
Aku selalu bingung ketika harus berhadapan denganmu. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Walau pun aku tahu apa yang ingin kukatakan. Cinta, mungkin tidak denganmu saja aku bersikap demikian. Dengan orang – orang di sekitarku. Bahkan kepada ibu dan bapakku orang yang telah bersamaku sejak aku dalam kandungan aku merasa demikian. Seringkali juga teman – teman asramaku yang menghardik “kok bicaranya demikian?” sebenarnya yang aku maksudkan itu “bla bla bla”. Andai mereka tahu bagaimana sulitnya aku mengutarakan apa yang ingin kuutarakan. Dan diindikasikan sejak aku berumur 2 tahun. Dimana teman – teman sebayaku sudah mulai lancar berbicara “A hingga Z” aku masih menggunakan bahasa tubuh untuk memperlihatkan inginku. Tak ada celah bagiku untuk sebuah kata ‘protes’. Sikap melankolis-plegmatis ini sering membuatku bingung sendiri. Dan salah tingkah ketika berhadapan dengan orang lain. Terlebih orang yang tidak mengerti aku sebelumnya. Lebih baik aku go away saja sembari berkata “God, mengapa orang tersebut tidak mengerti maksudku. Apa ada yang salah pada susunan syaraf di lidahku?!”
Jika dalam dunia medis, khususnya ilmu psikologi, penyakitku ini bernama,.....
Aku bersyukur, walaupun tidak dapat berkomunikasi dengan baik, setidaknya aku masih bisa menulis. Itu yang bisa aku ambil pelajaran bahwa Allah itu adil kepada setiap hamba-Nya. Terkadang menulis pun agaknya membuatku merasa bersalah, entah itu anggapanku sendiri atau anggapan yang terlalu sering didengungkan orang hingga seolah itu adalah anggapanku. Semoga saja yang aku tulis saat ini, untukmu cinta tidak pernah salah di matamu. Terlebih di mataku sendiri karena aku adalah seorang lelaki yang tidak sangat ideal untuk disebut pemberani apalagi berpura – pura menjadi seorang pujangga. Apa pun yang terjadi kelak, setidaknya aku tidak akan menyesal karena telah mengkomunikasikan perasaanku padamu.

Teruntuk Cinta,
Ketika fajar menjelang,
Asaku ingin selalu mengejarmu
Entah dalam badai ketakutan dan hujan ketidakberdayaan,
Aku tetap ingin mengejar asa itu.
Ketika mentari mulai berjalan,
Bayangku selalu ingin di samping bayangmu
Walapun bayangku selalu berada di belakang bayangmu
Aku ingin tetap mengejar bayang itu, asalkan ku tahu, kau tetap masih dalam pandangku.
Ketika senja menjelang, bayang mu pun makin menghilang.
Suaramu sedang diperdengungkan oleh sekumpulan binatang yang kebingungan.
Perlahan suara nyaring itu tertelan peteng,.
Hingga akhirnya sirna oleh malam.
Cinta, andai kau tahu betapa matinya aku jika kau tidak tercipta.
Andai kau tahu betapa resahnya aku ketika sedetik pun aku kehilangan
Pandanganku tentangmu.
Andai kau tahu, betapa tawar rasa ini, ketika hanya selintas pun nyaringmu
Tak dapat disaring oleh telingaku.
Tapi kau tak perlu tahu cinta, berapa lama aku harus mengumpulkan keberanianku,
Berapa lembar yang harus ku lempar,
Dan berapa kata yang harus ku buang
hanya untuk menulis surat tidak berharga ini yang mungkin bagimu hanya angin lalu.
Teruntuk Cinta, Antariksa.

Puisi "Tittle SALAH"

Diposting oleh Feriska Lala 10.57

Notes



Ketika aku bertanya tentang alam,
Pak tani tak mampu menjawabnya dengan lugas.
Ketika aku bertanya tentang pelajaran,
Ibu guru hanya tercengang karena pertanyaan melebar.
Ketika aku bertanya tentang keramaian,
Polisi pun hanya bisa berputar pada kata yang itu2 saja.
Dan ketika aku bertanya tentang kesakitan,
Pak Dokter hanya memainkan stetoscope sembari berkata
All is well.

Sebenarnya siapa yang salah?
Pak tani, ibu guru, polisi, pak dokter ataukah aku penanya?
Lantas salahnya apa?
Alam, pelajaran, keramaian, kesakitan, atau kah pertanyaan.
Masing – masing tidak ingin bertitel salah
Berebut pendakwa, tapi tidak ingin menyandang “Terdakwa”
Semuanya penuh dengan ketidakjelasan dan saling melempar.
Dan aku pun mulai jenuh dengan tradisi saling melempar ini
Aku sudah jenuh dilempar salah
Aku pun lelah melempar salah
Aku hanya ingin salahku seutuhnya,
begitu pula keinginan saling sadar.
Hingga tak berguna lagi gelar hakim 'amin' menunggu dolar


Terbengkalai

Diposting oleh Feriska Lala 10.48

  Tumpukan karya fiksi yang selalu terbengkalai untuk diselesaikan. Aku semakin tahu jika hanya dengan tulisan aku berkata – kata. Dunia serasa tidak akan pernah tahu kalau ada rahasia besar yang ingin kuungkapkan. Tanpa bisa dipungkuri, aku pengecut, aku tak punya nyali untuk mengungkapkan yang terpendam di dada. Rasanya, aku benar – benar pengecut jika tidak mampu mengunkapkan perasaan ini kepadanya sampai mati. Dia memang bukan tokoh pertama dalam cerita fiksiku, tapi senyumnya membuatku menjadikan tokoh pertama dalam fiksi kali ini. Ini adalah, pertama kalinya aku menulis setelah semua media dan fasilitas menulis disita oleh orang tua. Yang akhirnya, aku ambil diam – diam, hehe. 
Aku yang dulu dan sekarang sdikit berubah. Aku tidak lagi menceritakan sosok perfeksionis yang sempurna dalam segala hal, termasuk urusan cinta. Maklumlah, dulu aku adalah anak SMP yang memiliki mimpi muluk – muluk seperti pada anak ABG pada umumnya. Aku sekarang lebih realistis dalam merajut sebuah fantasi.  
Sebut saja, tokoh dalam ceritaku kali ini adalah Zona. Dia terlahir dengan nama familiar di telinga orang. Sosok cewek yang super rapuh, namun seolah-olah berpura-pura strength. Lahir dari keluarga sederhana yang sangat menjunjung arti kebersamaan dan kasih sayang.
“Cethuk” bunyi bbm ku, yang langsung ku jawab dengan status :
“Let me write, just one night”
Sekeluarga juga ngk pernah setuju kalo aku nulis. Maka dari itu, aku memendam keinginanku jauh-jauh sejak SMA buat jadi penulis (sebelum aku 100% addict yang namanya nulis). Eh ngk tahunya, tadi keponakanku yang unyu plus super cerdas, nemuin kumpulan cerpenku yang sudah lama banget disembunyiin ortu dan aku cari – cari ngk ketemu. I know their worried, but please let me write it jut 1 night, then I obey you all like first.
Saat ini, mau tidak mau, Zona harus menjalani proses kaderisasi yang merenggut banyak waktu belajar dan bermainnya sebagai mahasiswa baru. Sejak awal, dia tidak pernah setuju dengan kaderisasi. Karena itu adalah sebuah sistem yang tradisinya diturunkan turun temurun. Tanpa harus, ada intruksi hormat senior, solid, dan bla bla, bla, Zona sudah pasti menanamkan sistem itu. Ya karena, seperti itulah didikan orang tua Zona kepadanya dan juga saudara – saudaranya. Juetru dengan adanya pengkaderan, membuat Zona nampak dikekang dengan mulut – mulut tidak berpendidikan para seniornya. Pengkaderan yang selalu diagung-agungkan oleh nenek moyang jurusannya, dirasakan Zona sebagai bentuk pembatasan ekspresi yang diatur ini dan itu. Maklum saja, karena sifat Zona adalah koleris.
Tujuh bulan sudah Zona menjalanipengekangan tanpa batas itu. Namun sampai kapan seperti ini.. yang ada dipikirannya Zona, kapan aku bisa bernafas seperti mahasiswa normal lainnya di universitas lain.
“Ehm, ada titpan surat dari mas Findo untuk mu”, cetur getir Rara, teman seangkatan yang begitu antusias membenci Zona. Mas Findo adalah ketua senat mahasiswa jurusan Zona. Kalau disebut surat, selembar kertas puiih itu tidak berkop surat. Tanpa pikir panjang Zona yang nampak penasaran langsung membuka lipatan – lipatannya.
“Ha? Surat panggilan menghadap sekretaris Jurusan? Sumpah, apa – apaan ini? “ teriak Zona yang membuat nya menjadi perhatian banyak orang yang sedang makan di sekelilingnya.
“Tuhan, sumpah aku benar – benar gila jika di jurusan ini terus – menerus. Kenapa dulu aku ngk nurut mama – papa sih buat jadi mahasiswa kedokteran. Bodaoh. Nampaknya, disini aku bakal menjadi benar – benar bodoh’ ucap Zona dalam hati. Nampaknya, dia sudah bosan mengeluh karena jawaban yang selalu dilontarkan ibunya adalah :
“Jadi anak itu harus sabar. Kamu harus jalani hidup yang penuh pembelajaran ini dengan ikhlas. Karena kalau kamu ikhlas pasti kamu mendapatkan hasil yang baik. Ini adalah keputusan jurusan yang kamu ambil sendiri. Kamu harus konsekuen. Kamu harus sabar. Kamu harus senang menjalani. “
“Sabar dari hongkong, yang ada aku menjadi sarjana gila yang mati gelar setelah lulus dari sini ma,” cetus Zona tiap kali ingat petuah ibu nya.
“Tidak,...!!!! Stop pikiran Negatif. Aku pasti bisa. Aku harus dipastikan bisa, dapat menjadi seorang yang luar biasa, setelah tamat dari sini” teriak Zona dengan lantang sambil berlari meninggalkan kafe makanan dekat kompleks kontrakannya.  
Sepi, rasanya sungguh sepi dalam gemuruh keramaian. Langkah demi langkah mengayun kaki ku. Tak ada yang istimewa. Langkah – langkah ini seperti langkah orang hidup tapi berasa mati. Hanya kepercayaan, hanya ‘trust” yang mampu menggerakkan otot ini untuk berdiri tegak. Tuhan, aku sangat percaya Engkau. Walau tidak bisa kupegang sekarang. Aku yakin, bukan fatamorgana lagi srtrlah ini. Aku yakin sudah cukup Engkau memberikan fatamorgana padaku. Dan aku pun tahu jika Engkau pun sudah letih melihatku tertatih – tatih. Untuk Mu, hanya untuk Mu aku mencoba kokoh selama ini. 

-BERSAMBUNG-

KREATIVITAS DARI HAL KECIL

Diposting oleh Feriska Lala 08.28


Kreatifitas bisa dimulai dari hal paling sederhana yaitu "MELIHAT & MENULIS".
Melihat adalah proses yang membutuhkan indra penglihatan. Indra penglihatan mampu memilih berbagai warna di otak untuk dicocokkan dengan informasi yang didapatkan dan direkam oleh mata. Namun tidak hanya berhenti mencocokkan hasil rekaman saja, lebih dari itu manusia dapat bermain - main dengan penglihatannya memanipulasi warna. Ketika warna dimanipulasi, maka informasi yang didapatkan akan semakin beragam dan berkembang. Jika kita menulisnya satu saja yang kita anggap paling unik dan menarik di atas kertas. Kita akan melihat huruf - huruf itu menari. Dengan input dari imajinasi untuk dituliskan. semakin huruf itu menari bertambah beriringan, pikiran akan semakin berimajinasi. Otak akan semakin mencari dan keluar dari kata - kata yang sudah ada dari tulisan kita.

Hasilnya,..

So GREAT!!!!
Tulisan akan semakin memoles diri untuk bernari, sementari otak akan semakin bersenam untuk mencari celah - celah kecil yang belum ada dari tulisan kita, bahkan hingga yang belum ada dari otak kita. Ketika itu yang bisa dimanfaatkan sebagai informasi adalah rekaman dari otak. Salah satu rekaman otak yang paling unik dan kreatif berasal dari warna, hasil proses melihat dan mengamati suatu benda, peristiwa, kejadian.


Gambar di atas "It's My Creativity in 2012". Yuppy, produk "Nata De Burger", segelas minuman nata dari produk samping. Ide kratif ini muncul ketika saya melihat seorang anak makan buah pisang kemudian membuang kulitnya secara sembarangan. Saat itu saya berpikir bahwa kuli pisang itu pasti memiliki added value lebih daripada dibuang. Ceritanya masih belum nemu solusi, terus saya makan di sebuah warung tepi jalan (kebiasaan anak kost). "Byuuur" bunyi pemilik warung membuang air bekas cucian beras. Kala itu saya berkata, "Andai pemiliknya tahu jika di air bekas itu punya masih memiliki banyak kandungan gizi yang bisa digunakan untuk konsumsi anak - anak bangsa yang mengalami kelaparan dan gizi buruk". Permasalahan satu belum selesai, saya sudah menambah masalah lagi. Tidak cukup dua, sesaat kemudian saya bertemu dengan pedagang tahu mentah yang mensuplai tahu di tiap-tiap warung. Dan saya teringat pelajaran tatkala SD saat guru saya menjelaskan tentang proses pembuatan tahu yang memberikan banyak limbah (masih mengandung banyak gizi). Parah, kenapa yang ada dipikiran saya dari tadi limbah melulu. Limbah kalo hanya dikumpulin dari seorang saja, pasti ujung - ujungnya juga dibuang. Lantas, gimana biar nggak dibuang ya? Terinspiras dari pelajaran kuliah ketika semester pertama yakni "Perlunya sebuah sistem terintegrasi dalam sebuah pabrik industri". That is I am looking for, this is the answer. Yuppy, jawabannya adalah melalui sebuah sistem pengumpulan limbah secara terintegrasi. Menimbang dari banyaknya gizi - gizi yang masih mereka miliki, terutama karbohidrat, mengingat pelajaran Biologi SMA yang sangat saya gemari (maklum pengen jadi dokter, hehe) kalau karbohidrat tersebut bisa dirubah menjadi etanol. Etanol adalah hasil dari sebuah fermentasi. Nata juga sebuah hasil dari fermentasi. So, kalau bisa dibuat etanol, tentunya limbah - limbah tersebut bisa dibuat nata juga dong. Tanpa pikir panjang saya mencari literatur di mbah google. Alhamdulillah deh akhirnya nemu solusi ini. Harapannya, Nata De Burger ini bisa menjadi sumber gizi untuk penderita gizi buruk di Indonesia. Semoga Nata De Burger ini menjadi usaha yang terealisais dan memberikan kebaikan untuk anak Indonesia, generasi penerus bangsa. 

KREATIF ITU SANGATLAH MUDAH. KETIKA KITA INGIN MENJADI KREATIF. DIMULAI SAAT ITULAH KITA MERUBAH POLA PIKIR MENJADI KREATIF,. ^.^


So, Solve Your Problem With Your Creativity. Then Bring Your Creativity for Your Better Enviroment Life